TUGAS
a. Carilah mitos yang ada disuatu
daerah dan jelaskan asal-usul mitos tersebut dan diarahkan ke jenis mitos apa? Legenda,
cerita rakyat, dan mitos
b. Cari info tentang perjalanan ke
planet lain atau bulan.
Jawab
DEMAK - Pesona keindahan Pantai
Glagahwangi di Demak Jawa Tengah semakin dikenal akhir-akhir ini. Pantai yang
berlokasi di Desa Tambakbulusan, Kecamatan Karangtengah itu masih sangat
perawan karena tak mudah dijangkau. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan
setapak dan menembus rimbunnya hutan mangrove agar bisa mencapai lokasi.
Pada
musim kemarau beberapa waktu lalu, jalan setapak relatif bisa dilalui dengan
lancar. Namun memasuki musim hujan saat ini, wisatawan harus sangat
berhati-hati jalanan licin. Apalagi, kanan-kiri jalan terdapat tambak-tambak
ikan yang dipenuhi air, sehingga tak ada pilihan selain mengatur langkah agar
tak terperosok ke jalan berlumpur.
Usai melintasi jalan setapak sejauh
kurang lebih 500 meter, pengunjung harus menyeberangi sungai dengan jembatan
bambu. Meski terlihat mudah, namun dibutuhkan nyali besar untuk melewatinya.
Konstruksi jembatan tinggi menjulang dengan pijakan kaki hanya dari dua atau
tiga batang bambu. Untuk menjaga keseimbangan terdapat pegangan tangan di
samping atasnya.
Saat
melintas harus berhati-hati agar tak terpeleset sekaligus menghindari beban
berlebih di pijakan bambu. Setiap pijakan menyisakan suara berderit hingga
menciutkan nyali, ketika berada tepat di tengah sungai. Jembatan itu sengaja
dibuat tinggi agar perahu-perahu nelayan yang hendak melaut bisa melintas di
bawahnya.
Lepas
dari jembatan bambu yang beresiko itu, wisatawan masih harus menembus rimbunnya
hutan mangrove. Meski siang hari, hutan mangrove terlihat gelap dan hanya
sesekali terlihat sinar matahari yang menyelinap di antara dedaunan dan ranting
mangrove. Beruntung, telah terdapat trek atau jalur berupa jembatan kayu yang
membelah hutan mangrove. Jalur sepanjang 500 meter itu akan langsung
mengantarkan wisatawan ke bibir Pantai Glagahwangi.
Seketika,
pemandangan alam yang indah seakan terhampar di depan mata. Birunya air laut
yang berkilauan di bawah sinar mentari langsung menyambut setiap pengunjung.
Ombak pantai cukup landai, sehingga pengunjung dan beberapa anak bisa bermain
air dengan aman. Garis pantai juga cukup panjang, hingga menjadi spot foto yang
menarik di sejumlah tempat.
Namun,
di balik indahnya pantai pengunjung harus mematuhi beberapa pantangan bila tak
ingin celaka. Mitosnya, diantaranya adalah menjaga sopan santun dan tak
berbicara sembarangan. Pantai ini tak hanya lokasinya yang terlindung oleh
kondisi geografis tetapi juga oleh makhluk tak kasat mata. Bahkan, banyak
masyarakat yang meyakini bahwa di tempat tersebut terdapat istana gaib dan dua
ular raksasa berkepala manusia yang menjadi penunggunya.
"Kalau
di sini itu, bagi orang yang bisa (memiliki indera keenam) bisa melihat ada
istana yang sangat besar. Malah kalau kemampuannya lebih bisa melihat atau
ditemui oleh ular raksasa berkepala manusia. Ada dua, laki-laki dan perempuan.
Sepasang," ujar tokoh masyarakat, Nurjanah, belum lama ini.
Dia
mengatakan, lokasi istana gaib itu tidak berada persis di tempat para wisatawan
biasa bermain air. Istana gaib agak menjorok ke tengah laut. Meski demikian,
daerah kekuasaannya meliputi banyak tempat termasuk bibir pantai. Oleh
karenanya, perempuan yang sehari-hari berjualan aneka minuman dan makanan di
pantai tersebut, kerap meminta pengunjung untuk menjaga sikap.
"Beberapa
waktu lalu ada rombongan pelajar datang ke sini. Nah ada satu perempuan yang
sikapnya murung. Malah dia bilang mau mati. Tak berapa lama, saat teman-temannya
bermain air, dia berjalan sendiri terus ke tengah lautan. Seperti enggak sadar,
kerudungnya dilepas. Dipanggil-panggil suami saya enggak dengar, lalu dikejar
dan ditarik ke tepi," terangnya.
Gadis
pelajar itu pun akhirnya selamat dari maut. Untuk mengembalikan kesadarannya,
Nurjanah yang dikenal sebagai "orang pintar" tersebut lantas
melakukan ritual tertentu ditemani suaminya, Ahmad Suudi. Pasutri itu kemudian
meminta para pelajar untuk tak sembarangan berbicara dan segera pulang.
"Gadis
yang enggak sadar tadi juga saya minta tak kembali dalam waktu dekat. Biar
traumanya hilang dulu. Dulu sekira lima tahunan ada dua gadis yang meninggal di
sini. Keduanya juga berjalan ke tengah lautan dan meninggal. Pencarian jenazah
cukup lama. Satu ditemukan mengambang dan satunya seperti tertidur di pasir,
dasar laut," lugasnya sembari tersenyum.
Menurutnya,
Pantai Glagahwangi tak bisa lepas dari mistis. Selain keberadaan istana gaib,
lokasi itu juga dijaga kekeramatannya. Bahkan, jika pengunjung tak mengindahkan
peringatan-peringatan bisa menjadi korban. "Kalau nelayan-nelayan itu
biasanya niteni (mengetahui) jika mencium aroma harum, di situlah mulai tiba di
kawasan Pantai Glagahwangi," terangnya.
Sementara
itu, Ahmad Suudi, menceritakan pengalamannya saat mengantarkan beberapa
pengunjung yang hendak memancing ke tengah lautan. Dengan menaiki perahu, dia
bersama enam pengunjung melaju ke tengah laut pada malam hari. Mendadak salah
seorang pengunjung terperanjat melihat cahaya sangat terang, seolah perkotaan
yang dihuni banyak orang.
"Dia
sempat bertanya ke saya apa itu (cahaya terang). Tapi saya enggak menjawab.
Hanya bilang nanti saja kalau sudah di daratan saya akan jelaskan. Dia manut
(nurut) dan memancing seperti biasa. Setelah di daratan saya bilang, jika Anda
beruntung bisa melihat istana gaib itu, karena enggak semua orang
diperlihatkan. Orang pintar pun belum tentu bisa (menembus melihat istana
gaib)," katanya.
Pria
berambut gondrong itu menambahkan, kawasan wisata baru di pesisir Demak
tersebut juga kerap menjadi lokasi terapi penyakit medis maupun nonmedis. Dia
menceritakan, seorang pengunjung perempuan yang tengah kerasukan dari rumah
dibawa ke pantai untuk disembuhkan. Makhluk gaib yang menggangu perempuan itu,
dikabarkan takut dengan air laut di Pantai Glagahwangi.
"Semula
(gadis kerasukan) dibawa dukunnya sendiri, tapi belum bisa sembuh. Akhirnya
ketahuan istri saya, dan gadis itu di bawa dekat warung sini. Di bawah pohon
tersebut digelar ritual dengan beberapa kembang. Lalu gadis itu dibawa ke tengah
laut dan bisa lepas itu gaib yang mengganggunya. Jadi ya memang butuh kemampuan
juga selain air pantai sini memang keramat," lugasnya.
Sementara
itu, Sie Keamanan Desa Tambakbulusan, Jatmiko, meminta setiap pengunjung
senantiasa menjaga keselamatan masing-masing. Dia berkeyakinan, makhluk gaib
juga berdampingan dengan manusia di alam yang berbeda. Meski tak kasat mata,
namun sesuai kepercayaan warga setempat Pantai Glagahwangi juga dihuni makhluk
selain manusia.
"Kita
memang meminta kepada yang jualan di pantai ikut memantau para pengunjung.
Lokasi mana saja yang berbahaya, mereka akan mengasih tahu. Ini semua demi
keselamatan pengunjung. Termasuk kami sebagai warga sini juga melakukan prosesi
larungan setiap Syawalan. Semoga selamat semuanya, pengunjung maupun warga
kami," harap pria yang biasa dipanggil Kang Miko itu.
a.
Asal-usul mitos ini adalah sebuah tempat yang diyakini sebagai
istana gaib, apabila orang berkunjung kesana harus menjaga sopan santun selama
di lokasi. Mitos ini termasuk dalam mitos budaya.
b. Siapa
yang tak ingat Neil Amstrong, astronot yang katanya sudah
pernah menginjakkan
kaki ke bulan. Ditambah lagi, ada yang bilang bahwa disana dia mendengar azan
(salah satu sumbernya disini)

Ada pula yang mengatakan bahwa ada tiga orang astronot yang
pernah ke bulan mengakui bahwa bulan benar benar telah terbelah sebagaimana
yang di kabarkan oleh surat Al Qomar ayat pertama yang artinya : ” Telah dekat datangnya saat
itu dan telah terbelah bulan” (salah
satu sumbernya disini).
Adapula yang menafsirkan
bahwa keberhasilan manusia menginjakkan kaki ke bulan sebagai realisasi dari
surat ArRahman [55] : 33 yang artinya : “Hai
jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan
(sulthon)” dan ditafsirkan sebagian orang bahwa sulthon disini
adalah ilmu pengetahuan yang berkembang pesat..
Berita berita lebih
lanjut tentang adanya orang yang sudah pernah‘tamasya’
ke bulan pun seolah mendukung fenomena manusia ke bulan. Salah satu pemberitaan
itu bisa dilihat disini.
Selanjutnya, timbul
bantahan bantahan yang datangnya dari negara Amerika sendiri bahwa sebenarnya
itu hanyalah, HOAX,
dan belum pernah ada
manusia yang menginjakkan kakinya di bulan, dengan segala bukti bukti
kepalsuannya; Misalnya di artikel ini, dan
artikel klarifikasi semua bukti bukti mengada ngada tentang Neil Amstrong
yang masuk Islam karena mendengar azan di bulan di artikel ini.
Tidak lama lagi, muncul
artikel yang membantah bahwa pendaratan manusia di bulan itu bukan
HOAX. Kalau
berminat membacanya, coba cek disini
Lalu ada lagi penjelasan
dengan dalil AlQuran bahwa betapa tidak mungkinnya manusia itu hidup selain
dibumi berdasarkan ayat “Dan bagi kamu di bumi ini ada
“MUSTAQAR” (tempat menetap yang telah di tetapkan) dan kesenangan hidup sampai
waktu yang telah di tentukan”.(QS Al Baqarah:36 & Al
A`raaf:24); (Penjelasan rincinya disini)
Sebenarnya, mampukah
manusia pergi ke bulan? jika ya, berarti penafsiran ayat Al baqarah dan al
a’raf diatas salah? Tapi jika manusia memang tidak pernah, berarti penafsiran
di surat Ar Rahman tentang ilmu pengetahuan sebagai ‘sulthon‘
itu salah??
Sebelum membahas lebih
lanjut, sebaiknya kita mengetahui dulubagaimana hukum mencocok
cocokan atau menafsirkan ayat ayat AlQuran dengan berbagai teori sain modern
Terlepas dari sudah pernah
ataukah belum manusia menginjakkan kakinya ke bulan, ada penjelasan menarik
sekali dari Syaikh Al Utsaimin –rahimahullahu ta’aala- ketika beliau memberikan penjelasan
tafsir surat Shaad ayat 9 dan 10 :
أَمْ
عِندَهُمْ
خَزَائِنُ
رَحْمَةِ
رَبِّكَ
الْعَزِيزِ
الْوَهَّابِ.
أَمْ
لَهُم
مُّلْكُ
السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ
وَمَا
بَيْنَهُمَا
فَلْيَرْتَقُوا
فِي
الْأَسْبَابِ
“Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu
Yang Maha Perkasa lagi Maha Pemberi? Atau apakah bagi mereka kerajaan
langit dan bumi dan yang ada di antara keduanya? (Jika ada), maka hendaklah
mereka menaiki tangga-tangga (ke langit). ”
==========
Beliau Syaikh Al Utsaimin –rahimahullah- berkata
:
Sebagian ulama ada yang menarik faedah dari ayat ini, yaitu
ketidakmungkinan (seseorang) sampai ke bulan, karena Allah berfirman:
(فَلْيَرْتَقُوا
فِي
الأسْبَابِ)
(maka hendaklah mereka menaiki tangga-tangga (ke langit))
dan firman-Nya selanjutnya:
(جُنْدٌ
مَا
هُنَالِكَ
مَهْزُومٌ
مِنَ
الأحْزَابِ
)
(Suatu tentara yang besar yang berada di sana dari golongan-
golongan yang berserikat, pasti akan dikalahkan),
dan telah dimaklumi
bahwa bulan ada di langit**** (penjelasan tentang definisi langit ada setelah
perkataan beliau –rahimahullah– di
bawah tulisan ini), bila orang-orang yang dituntut untuk menaiki tangga-tangga
ke langit adalah para tentara yang terhina lagi terkalahkan (di ayat
selanjutnya; ayat 11), maka tidaklah mungkin mereka dapat sampai ke bulan.
Pertanyaannya, bisakah dari ayat ini diambil kesimpulan bahwa manusia tidak
dapat sampai ke bulan? Dari zahir ayat ini justru bisa kita mungkinkan sebagai
dalil bahwa manusia bisa sampai ke bulan, maknanya ayat ini menunjukkan
kemungkinan sampainya manusia ke bulan.
Dan ini tentunya bertolak belakang dengan pengambilan dalil
sebagian orang, yang sebenarnya tidak tepat ayat ini dipakai sebagai dalil
untuk menyatakan ketidakmungkinan manusia sampai ke bulan, karena bulan di
langit, yang maknanya di atas, bukan maksudnya di langit yang menjadi atap yang
kokoh terjaga. Dan ini adalah masalah yang diketahui kepastiannya dan tidak
diperselisihkan.
Jika mendung bisa diungkapkan ia berada di langit, ia bisa
disebut di langit, sebagaimana firman Allah:
(أَنْزَلَ
مِنَ
السَّمَاءِ
مَاءً
فَسَالَتْ
أَوْدِيَةٌ
بِقَدَرِهَا
)
(Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah
air di lembah-lembah menurut ukurannya) (ar-Ra’du: 17),
Hal itu dikuatkan dengan realita dimana orang-orang sekarang
bisa naik di atas langit yaitu di atas awan. Sebagian besar orang biasa naik
pesawat di atas awan, awan berada di bawah pesawat, demikian pula bulan di
langit,
Allah berfirman,
تَبَارَكَ
الَّذِي
جَعَلَ
فِي
السَّمَاءِ
بُرُوجًا
وَجَعَلَ
فِيهَا
سِرَاجًا
وَقَمَرًا
مُنِيرًا
“Maha suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang
dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.”(al-Furqan:
61).
Tidak ragu lagi bahwa bulan di langit, namun pertanyaannya,
apakah langit yang dimaksud disini adalah langit yang menjadi atap kokoh
terjaga (bagi bumi) yang tidak mampu ditembus malaikat-malaikat yang mulia dan
manusia pilihan (para rasul) kecuali apabila diizinkan? jawaban pastinya,
bukan, tetapi bulan sangat jauh sekali dibawahnya.
Karena itu kita katakan: bahwa dalam ayat di atas tidak terdapat
dalil untuk memustahilkan manusia sampai ke bulan, lagi pun juga bukan dalil
untuk memungkinkan manusia sampai ke bulan, dan mengabaikan masalah ini dari
realita.
Bila memang benar manusia sampai ke bulan, maka syari’at pun tidak pernah mengingkari, sebaliknya, bila dikatakan bahwa manusia tidak sampai ke bulan maka syari’at pun tidak akan menetapkannya. Misalnya berita menyebutkan: Kami sampai ke bulan, dan memang benar demikian, maka kita katakan: alhamdulillah, masalah ini tidak bertolakbelakang dengan syari’at kami, tidak itu dengan kitabullah ataupun sunnah rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimaklumi lagi bahwa bulan di bawah bintang-bintang. Mengenai bintang ini Allah menerangkan:
Bila memang benar manusia sampai ke bulan, maka syari’at pun tidak pernah mengingkari, sebaliknya, bila dikatakan bahwa manusia tidak sampai ke bulan maka syari’at pun tidak akan menetapkannya. Misalnya berita menyebutkan: Kami sampai ke bulan, dan memang benar demikian, maka kita katakan: alhamdulillah, masalah ini tidak bertolakbelakang dengan syari’at kami, tidak itu dengan kitabullah ataupun sunnah rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimaklumi lagi bahwa bulan di bawah bintang-bintang. Mengenai bintang ini Allah menerangkan:
وَلَقَدْ
زَيَّنَّا
السَّمَاءَ
الدُّنْيَا
بِمَصَابِيحَ
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang.” (al-Mulk:
5).
Tetapi bulan letaknya di bawah bintang, kami dan selain kami pun
menyaksikan adakalanya pandangan kita terhadap bintang terhalangi oleh bulan.
Kami dengan mata kepala pernah menyaksikan peredaran bulan dengan bintang (dibelakangnya) yang biasa disebut bintang subuh, dan telah dimaklumi bulan bergeser lebih lambat daripada bintang. Pada saat bintang tadi melewati bulan ternyata (sejenak) hilang dari pandangan. Jadi kejadiannya seperti awan yang menghalangi penglihatan kita dari melihat bulan.
Kami dengan mata kepala pernah menyaksikan peredaran bulan dengan bintang (dibelakangnya) yang biasa disebut bintang subuh, dan telah dimaklumi bulan bergeser lebih lambat daripada bintang. Pada saat bintang tadi melewati bulan ternyata (sejenak) hilang dari pandangan. Jadi kejadiannya seperti awan yang menghalangi penglihatan kita dari melihat bulan.
Ada seseorang yang aku percayai bercerita padaku: sesungguhnya
kejadian serupa kadang-kadang terjadi dan kami biasa melihatnya. Singkat kata,
bulan letaknya bukan di langit yang merupakan atap kokoh (bagi bumi) yang
terjaga, bila memang benar ada yang sampai ke bulan, maka hal itu bukan hal
yang aneh. Dan tentunya ayat ini bukan dalil untuk meniadakan sampainya
(manusia) ke bulan.
Definisi
langit atau السماء dalam AlQuran memiliki dua makna, yaitu
(1) . Langit yang berarti
segala sesuatu yang berada di atas bumi; maka awan, bulan, bintang matahari
termasuk bagian dari as samaa’ .
Misalnya pada firman Allah Ta’ala : “dan
Dia menurunkan air (hujan) dari langit (As Samaa)” Qs. 2 : 22; As Samaa’ di ayat ini berarti
mendung, karena lafadz As Samaa’ adalah bentuk masdar dari سَمَا يَسْمُوْ yang artinya
tinggi. Maka as-
Sama’ dapat berarti
semua yang lebih tinggi. (Tafsir Ibnu Katsi 1/176; dinukil dari buku Matahari
mengelilingi Bumi -Ahmad Sabiq)
Berkata Imam Fairuz
Abadi rahimahulloh ” سَمَا
سُمُوًا artinya adalah tinggi, dan as sama’ adalah sesuatu yang sudah diketahui bersama bisa di mudzakarkan
dan juga bisa di muannatskan, juga bbisa berarti atap dari segala sesuatu”
Berkata Syaikh Ibn baaz –rahimahulloh–
: Dalil mengenai masalah ini dari firman Allah dan sabda Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam serta ucapan para ulama tafsir dan
ahli bahasa yang menggunakan lafadz as
samaa’ untuk sesuatu
yang tinggi, sangat banya” (al-adillah an-Naqliyyah hal 10.; dinukil dari buku
Matahari Mengelilingi Bumi – Ahmad Sabiq)
(2) . Langit dalam arti
makhluq yang mempunyai fisik tertentu yang diciptakan oleh Allah ta’ala tujuh
lapis,mempunyai pintu serta tidak bisa ditembus kecuali oleh yang dikehendaki
Allah. Diantara yang menunjukkan
atas ini semua ialah :
Firman Allah ta’ala :
“Yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis” Qs 67 : 3 dan ayat ayat yang senada
dengan ini amatlah banyak. Sedangkan dalil dari Hadits Rasululloh shalallahu
‘alayhi wasallam adalah sebuah hadits panjang ketika isra’ mi;raj :
“Kemudian
Jibril membawa naik Rasulullah ke langit dunia, lalu Jibril mengetuk salah satu
pintunya …Yang saya ingat bahwa Nabi Idris di langit kedua, Harun di langit
keempat, seorang Nabi yang saya tidak hafal namanya di langit kelima, Ibrahim
di langit keenam dan Musa di langit ketujuh. Maka Nabi Musa berkata, ‘Ya Allah,
saya tidak menyangka kalau ada yang melebihi tempatku’. Kemudian Rasulullah
naik hingga tiba di Sidratul Muntaha dan Allah mendekat sehingga Rasulullah
dengan Allah sedekat anak panah atau malah lebih dekat lagi” (HR.
al Bukhari no. 3570 dan 7517, Muslim no. 162-164 dan lainnya) -dinukil dari
buku ‘Matahari Mengelilingi Bumi-
Komentar
Posting Komentar